Sekapur Sirih

Banyak sekali keburukan-keburukan kita sebagai suatu bangsa yang berdaulat. Setelah sekian lama kita merdeka, namun rasanya kita malah terbelenggu oleh penjajahan-penjahan yang JUSTRU bersifat internal.

Kenapa jakarta terjadi banjir? Kenapa sampah menggunung? Kenapa sungai kita kotor? Kenapa masih saja pejabat kita korupsi? Kenapa orang kita terlihat seperti orang yang kurang beradab dan kurang disiplin? Kenapa?

Mengapa kesalahan-kesalahan tersebut tetap lestari dan bahkan cenderung terlihat dilestarikan? Kita sebagai generasi penerus bangsa, sudah seharusnya meluangkan waktu sejenak untuk memikirkan mengapa. Sudah sedemikian egois-nya kah Masyarakat kita? Mengapa bangsa ini banyak sekali skandalnya? Apakah bangsa kita terlalu banyak berpolitik? Sudah saatnya untuk kita mengembalikan nilai-nilai luhur kita sebagai manusia yang berbangsa dan bernegara.

Teman-teman mari kita satukan hati dan pikiran kita untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Tuesday, November 6, 2007

Batik 'Malaysia'?

Suatu ketika dosen saya mengatakan bahwa nama Batik telah diklaim oleh Malaysia sebagai hasil kebudayaan mereka, jujur saya kaget, sungguh kaget sampai sampai saya memastikan lagi pernyataan dari dosen saya dan diapun memastikannya dengan mimik muka yang sungguh sangat sedih, saya pun berfikir, berfikir keras, mengapa hal itu dapat terjadi.

Dan suatu ketika pula saya memiliki sebuah ide yang cukup berani yang saya ambil, saya ingin mencoba membuat hipotesa serta penelitian kecil kecilan dengan saya sendiri sebagai bahan percobaannya. Yakni, saya mengenakan batik dengan dipadu padankan dengan sepatu kets ke tempat umum (sebutlah sebuah mal di bilangan pondok indah Jakarta Selatan) hasilnya sungguh mengejutkan hingga mengecewakan serta menyedihkan. Betapa tidak jika sontak semua orang memperhatikan saya ( bayangkan! Semua orang! ) seakan akan saya ini aneh, dan pada saat itu saya sungguh merasa seperti sedang berada di luar negeri! Betapa tidak jika saya merasa diperhatikan orang banyak pada saat saya mengenakan batik di negara saya sendiri negara penghasil batik murni! Ironis, sungguh ironis. Bahkan ada beberapa orang yang memperhatikan saya dengan mimik di wajahnya yang seakan akan berkata “ mau kemana lo?”. Itu baru baju batik yang saya kenakan, bagaimana jika saya mengenakan koteka di tengah mal?.

Dari situlah saya dapat menarik kesimpulan, bahwa bagaimana tidak jika Malaysia berani mengambil batik dari tangan kita jika kita sebagai bangsa yang memiliki batik malu untuk mengenakannya kemanapun, kapanpun. Bagaimana tidak dicuri dari tangan kita jika saya sebagai anak muda yang sudah jelas-jelas diwarisi batik merasa aneh, tua, bego, tolol, goblok, hingga malu untuk mengenakan batik ke tempat tempat umum?

Di suatu ketika juga mendadak banyak teman teman saya hingga banyak orang di televisi yang seperti kebakaran jenggot ketika mengetahui fakta bahwa lagu Rasa Sayange diambil Malaysia untuk dijadikan jingle iklan mereka untuk mempromosikan Negara mereka. Tiba tiba saja banyak teman saya yang membicarakan hal ini serta tidak terima terhadap apa yang telah dilakukan oleh Malaysia tersebut.

Namun, ada pertanyaan yang besar, sungguh besar di dalam benak saya. Yakni, APAKAH KITA BENAR BENAR SAYANG TERHADAP RASA SAYANGE ITU SENDIRI?!. Setelah anda mampu menjawab itu maka barulah anda pantas berdebat mengenai hal tersebut dengan teman teman anda.

Jadi apakah benar benar salah jika pihak Malaysia mengambil milik kita yang sebenarnya kita sendiri telah atau hampir lupa bahwa kita memilikinya? Mari kita pikirkan baik baik, semua ini belum terlambat. Malaysia boleh memakai lagu Rasa Sayange menjadi jingle iklan mereka sendiri, namun apabila kita dapat secara fasih serta hafal jika diminta untuk menyanyikannya berdasarkan bahasa aslinya kita tidak usah takut! Malaysia boleh mengklaim nama Batik adalah kepunyaan mereka namun jika kita yang sebenarnya pemilik batik itu sebenarnya mampu membuktikan, menyukai, mencintai, serta bangga menggunakan batik itu sendiri kemanapun, dengan sendirinya dunia akan tahu bahwa kitalah pemilik sebenarnya, ingat! Kita masih punya Ulos, masih punya Baju bodo yang pada akhirnya harus kita akui bahwa kita memilikinya. Jadi bangga berbatik? Mengapa tidak?! Respek! (dish)

18 comments:

Peduli Indonesia said...

tks atas kunjungan Anda, salam dari Peduli Indonesia.

Peduli Indonesia said...

betul bahwa batik itu milik kita, betul bahwa kita harus mencintai batik tsb, tapi juga hrs diingat bhw baju batik itu mempunyai peruntukan sendiri, secara umum batik digunakan untuk forum resmi seperti resepsi atau upacara, jadi tidak pas dipakai di mal dg sepatu kets.

mencintai batik bukan berarti menggunakan batik itu di manapun dan kapanpun, tapi mencintai batik berarti harus kita urus patennya (supaya tidak dicuri oleh malay), setelah itu kita sosialisasikan keindahan batik sbg karya asli bangsa indonesia

Anonymous said...

betul,mencintai batik bukan berarti sangat tergila2 dan memadu padankannya dengan sepatu kets..mungkin kalo pake selop jawa yg buat kawinan masih agak pas,hhe,kidding..
yaa jadi kita harus terus menekan pemerintah untuk mempatenkan karya2 anak bangsa..ok?trimakasih.
MERDEKA!

Indonesian Respect Campaign said...

waah!terimakasih atas kritikan serta komentar2 yang telah dilontarkan..respek!
mm..pertama2 mari kita lihat dari sisi batik di mata masyarakat, janganlah kita lihat dari sisi kets saya..memang itu agak rancu namun apakah tidak indah jika anak muda beramai ramai dan bahkan berlomba lomba mengenakan batik untuk pergi ke mal?dan apakah indah jika anak muda sangat bangga serta percaya diri jika mengenakan batik ketimbang baju bertuliskan mango atau zara??
sisi itu yang sebenarnya ingin saya angkat, sisi dimana anak muda terus mencoba untuk memadupadankan batik dengan apa yang dikenakannya sehari hari. yang saya hanyalah langkah awal yang kecil.itulah mengapa saya ingin menepis anggapan bahwa batik memiliki peruntukan sendiri, karena apa? karena zaman sudah berubah serta sudah sangat berbeda, jika kita terus memposisikan batik di posisi tertentu maka batik itu sendiri akan tetap dianggap anak muda kita sebagai pakaian yang tidak layak dikenakan sehari hari. bukankah lewat kebiasaan kita akan menjadi cinta terhadap sesuatu kebiasaan tersebut?
Respek!

Anonymous said...

Harus diakui kalau berbicara masalah kebudayaan, antara Indonesia dan Malaysia memang sangat sulit dibedakan. Hal ini disebabkan selain kedekatan geografis, secara budaya memang kita memiliki akar budaya yang hampir mirip. Coba kita lihat warisan kerajaan-kerajaan melayu di Sumatera. Dalam bahasa pun masih ada dari suku bangsa kita yang berbahasa melayu mirip dengan bahasa di malaysia. Apa sih syaratnya suatu budaya bisa dikatakan sebagai budaya warisan (heritage) dari suatu daerah? Dalam masalah batik coba lihat di website http://malaysiana.pnm.my/04/0402batik.htm. Dalam website tersebut, pihak Malaysia sendiri mengakui bahwa batik memang berasal dari Indonesia yang kemudian masuk ke Malaysia. Di Indonesia sendiri batik juga berkembang hingga dikenal berbagai macam batik seperti Yogya, Solo, Pekalongan, Palembang, Tasik, dan lain-lain... Harus diakui pula bahwa perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lain hampir dipastikan juga membawa budaya asalnya. Nah di tempat mereka yang baru ini, setelah sekian puluh tahun, kebudayaan mereka ini kemudian diakui sebagai bagian dari warisan bangsa mereka kini. Sekarang tolong deh jawab batik itu yang bener dari Solo, Yogya, atau Pekalongan atau mana? Itu yang internal... kalo dengan Malaysia? beda negara... Jelas bukan perkara yang mudah karena belum ada aturan internasionalnya. Oleh karena itu saat ini pemerintah tengah berjuang agar Genetic Resources (GR), Traditional Knowlendge (TK) maupun expression of Folklore dapat diakui menjadi salah satu bagian dari Hak Kekayaan Intelektual.

Anonymous said...

Saya selaku rakyat Malaysia menghormati cara anda membuat ulasan mengenai Batik 'Malaysia' dan beberapa perkara yang anda tekan sebagai hak milik Indonesia yg diklaim oleh negara saya. Saya tidak mahu meletakkan sebarang pandangan / komen saya di sini kerana saya respek pandangan anda (selagi anda menulis tidak menggunakan emosi untuk menghentam kami). Respek itu bermula dari anda, dan oleh itu saya juga respek dengan ke'respek'an anda sebagaimana saya respek kepada rakan-rakan warga Indonesia saya. =)

Indonesian Respect Campaign said...

wah!terimakasih bung anonymus yg dimana adalah pihak langsung dari malaysia..terus terang saya sangat tersanjung, karena tulisan saya mendapat respon langsung dr pihak malaysia..memang benar adanya jika ada beberapa orang yang mengecam pihak malaysia, namun di sisi lain saya sangat senang adanya kecaman itu karena itu membuktikan bahwa masih ada warga indonesia yang cinta akan negaranya, karena jujur saja akhir akhir ini rakyat indonesia semakin membenci negaranya negara tempat mereka tinggal. jadi saya berterimakasih pada anda yang telah membuka pikiran pikiran baru rakyat indonesia yang dimana pada dasarnya kita semua adalah satu saudara.RESPEK!

Anonymous said...

ours are ours, don't let them get what's ours.

Anonymous said...

saya pemakai batik, ke kampus saya juga memakai batik. 2 minggu lagi saya mau 'mengindonesiakan' teman2 saya lewat presentasi saya yg juga akan dinilai sbg salah satu tugas UAS. mari respek indonesia ! :)

Indonesian Respect Campaign said...

wah!terimakasih atas respek dan atensinya..ditunggu update dr teman2nya yg sudah berjiwa indonesia!hehe..oh iya,tolong sekalian disebarluaskan sekalian dong situs ini..terima kasih!

Anonymous said...

Saya adalah rakyat Malaysia. Saya sendiri mengakui bahawa batik itu memang berasal daripada Indonesia. Menyebut tentang batik yang diakui sebagai batik "Malaysia" perlu dilihat dalam konteks corak dan pembikinanya yang saya pikir Malaysia mempunyai corak dan rekaannya tersendiri. Walaupun mempunyai beberapa persamaan. Justeru, promosi batik 'Malaysia' adalah tidak wajar dipersalahkan kerana Malaysia tidak mengatakan batik Solo,Pekalongan dan sebagainya sebagai batik Malaysia. Menyebut tentang pemakaian batik, Malaysia telah menetapkan setiap Kamis semua warga kerajaan harus memakai batik. Saya pikir tidak salah untuk kita sama - sam memartabatkan batik itu tanpa prejudis.
Penggunaan lagu Rasa Sayange untuk mmepromosikan Malaysia bukanlah menjadi satu isu besar kerana di MAlaysia sendiri terdapat ramai warganegara yang berasal daripada Indonesia. Jika bercakap tentang tidak boleh menyanyikan lagu dari negara masing - masing..mengapa lagu "Aku Cinta PAdamu", "Cindai" nyanyian Siti Nurhaliza didangdutkan?Malah, pihak Malaysia tidak pernah mengeluarkan notis saman? Jelas terlihat, kita sebagai warga serumpun janganlah terlalu prejudis dengan isu kecil seperti ini..

Indonesian Respect Campaign said...

terima kasih atas semua komentarnya,khususnya sahabat sahabat kita dari malaysia. saya benar benar terharu dan bangga karena lewat tulisan ini kita sedikit membuka mata tentang kebenaran atas semua berita yang simpang siur, semoga semua yang telah terjadi itu bukan sebagai media untuk kita saling menjatuhkan namun sebagai media kita untuk saling introspeksi, sekedar menambahkan, kami (indonesia) bukan mempermasalahkan corak ataupun bentuk batik itu sendiri, yang jadi permasalahan adalah nama 'batik' / kata 'batik' itulah yang (katanya) dipatenkan oleh malaysia, masalah corak sudah barang tentu berbeda, namun jika nama atau kata itu telah dipatenkan sudah jelas bangsa indonesia merasa rugi karena nama batik atau kata batik itulah yang sudah menjadi sebagaian besar penduduk sebagai mata pencaharian mereka. maka lewat blog ini marilah kita bersama menepis semua anggapan miring baik itu mengenai malaysia maupun indonesia, bumi kita sudah tua, tuhanpun mungkin sudah lelah mendengar percekcokan, kitalah yang seharusnya sadar, bergandeng tangan menuju asia satu dunia satu menuju masa depan baru yang cerah serta damai.
Respek!(dish)

Anonymous said...

saya cinta indonesia, saya juga suka pake batik. setiap hari saya pake daster batik, jalan2 kalo ke mall deket rumah pake celana batik. saya cinta batik kok. gelang saya juga gelang2 kayu.

saya cinta indonesia, hanya saja saya ga sempet ber-eksis-ria di organisasi yg REAL menunjukkan kepeduliannya. tapi saya peduli.
respek juga!

Indonesian Respect Campaign said...

untuk 'gue peduli (banget)',berpartisipasi dalam kemajuan serta kepedulian bukan berarti eksis di setiap organisasi kok,hanya dengan sebuah pembuktian bahwa kamu nyaman serta bangga berbatik saja kamu sudah menunjukkan rasa kepedulian yang sangat. kami salut serta memberikan respek besar untuk anda!tetap berjuang,tetap cintai bangsa dan tetap sebarkan rasa respek di tiap manusia. Respek!

Go Green Indonesia ! said...

saya paling suka pake rok batik dari jogja! hehehehe

a. sarahayu said...

we don't what we got till it's gone, kan?
yang mesti dipupuk itu adalah rasa memilikinya. kalo merasa punya, pasti secara releks akan dijaga.
soal pertanyaan, apakah sebenernya orang indonesia bener2 sayang sama lagu 'rasa sayange' atau hal2 lain yang di-klaim sm negara tetangga itu, kita sbg org indonesia pasti sayanglah. kalo ga sayang, ga bakal ada orang yang langsung bereaksi keras dan berusaha untuk mempertahankan apa yang kita punya.
walaupun sebelum kasus itu kejadian, kita keliatan kayak ga peduli. this country have bigger and more urgent issues, gizi buruk, bencana alam, dll.
bukan berarti budaya lokal itu ga penting. tapi pemerintah sebagai alat penggerak negara kan punya skala prioritas. di sinilah kita sbg generasi muda punya kesempatan untuk ikut unjuk gigi =) bantu negara buat mensosialisasikan budaya sendiri.

Indonesian Respect Campaign said...

haha.."we don't what we got till it's gone" jangan curhat dong sar!haha..kiddin!..setuju!itu kenapa gw bilang "tanya dulu,lo sendiri udah sayang blom ama rasa sayange" rata2 yang gw tanya langsung mikir sar, ga langsung jawab "udah!" nah, itu kan satu pertanda kalo dia sendiri masih ragu ragu, gini deh..gw masang lagu bengawan solo dan rayuan pulau kelapa di handphone gw sebagai nada sambung pribadi aja masih diketawain sar, bayangin diketawain!!!!padahal tau sendiri kan betapa jepang pengen banget nyolong tuh lagu keroncong!!tapi beneran deh kalo tuh lagu keroncong ampe diklaim mah gw yang maju!!!hehe..bener sar, gizi buruk bencana alam, aduh..itu udah urusan gede banget sih, ga bisa cuman ketak ketik disini doang..harus nyata..tapi gw yakin kok!INDONESIA TUH GEDE!INDONESIA TUH KAYA!ini cuman masalah waktu sar, masalah waktu saja..

respek!(dish)

a. sarahayu said...

haha rese lo dish. gue ga colongan curhat kok. enak aja.